10 Hal tentang Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
10 Hal tentang Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
Bagaimana pemahaman kita tentang iklim?
Para ilmuwan menggunakan stasiun cuaca, balon, satelit dan
instrumen lain yang mengukur sifat-sifat iklim dan atmosfer kita untuk
menciptakan gambaran situasi saat ini. Ini termasuk mengukur suhu di darat dan permukaan
laut, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, intensitas badai, kepadatan
hutan dan sumbersumber emisi gas rumah kaca.
Untuk memperoleh gambaran tentang iklim masa lalu kita, mereka
perlu menggunakan metode-metode yang berbeda.
Salah satu cara adalah mempelajari lingkar yang terbentuk di
batang pohon menunjukkan pertumbuhan tiap tahunnya ukuran dan ciri mereka
mengungkapkan sesuatu – tetapi tidak semua – tentang iklim setempat pada tahun
setiap cincin tumbuh. Pendekatan lain adalah dengan menggali inti es yang
Panjang dan memeriksa isi gelembung udara kecil di dalam es.
Gelembung tersebut mengandung sampel udara dan para ilmuwan dapat menggunakan sifat-sifatnya untuk memperkirakan suhu, presipitasi, konsentrasi gas rumah kaca dan jumlah kebakaran hutan pada saat es terbentuk. Mereka telah menganalisa gas yang terperangkap di dalam inti es untuk memahami bagaimana iklim kita telah berubah selama ratusan ribu tahun.
Untuk mendapatkan gambaran tentang iklim kita di masa depan, para ilmuwan menggunakan model komputer yang memanfaatkan ribuan informasi tentang iklim saat ini dan masa lalu untuk membuat proyeksi tentang apa yang akan terjadi jika emisi gas rumah kaca terus meningkat.
Perbedaan antara iklim dan cuaca
Cuaca adalah apa yang kita alami setiap hari. Iklim mengacu pada kondisi rata-rata yang dialami suatu tempat selama bertahun-tahun. Variabilitas iklim mengacu pada perubahan alami dimana kondisi berbeda dibanding rata-rata jangka panjangnya.
Ini dapat mencakup perubahan berkala dalam curah hujan yang terkait dengan angin musim atau peristiwa alam yang disebut “El Niño” dan “La Niña” dimana arus laut mempengaruhi curah hujan.
Perubahan iklim, sebaliknya, mengacu pada tren jangka-panjang (beberapa dekade atau lebih) seperti peningkatan suhu rata-rata global selama abad yang lalu. Ini juga termasuk perubahan jangka panjang dalam variabilitas iklim seperti perubahan jumlah dan skala kekeringan, banjir dan kejadian ekstrem lainnya.
Ketika para
ilmuwan dan pembuat kebijakan berbicara tentang “perubahan iklim” di masa
sekarang cenderung berarti bagian dari perubahan iklim yang disebabkan oleh
kegiatan manusia, atau, perubahan iklim “antropogenik”.
Bagaimana kegiatan manusia mempengaruhi iklim
Gas karbon dioksida dan metana merupakan beberapa jenis gas yang dapat memerangkap panas di atmosfer bumi, melalui suatu fenomena yang disebut oleh para ilmuwan sebagai efek rumah kaca. Ada berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca tersebut.
Penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak untuk menghasilkan listrik atau menggerakan mobil, atau ketika kita membakar hutan untuk lahan perkebunan semakin banyak emisi ini mencapai atmosfer.
Sejak awal Revolusi Industri, gas karbon dioksida ini
semakin meningkat konsentrasinya. Pada saat bersamaan bumi perlahan-lahan
mengalami pemanasan. Pemanasan global ini adalah penyebab perubahan iklim yang
para ilmuwan katakan perlu kita pahami dan batasi. Bagian 2 buku ini mengulas
efek rumah kaca secara lebih rinci.
Dampak dari perubahan iklim
Dampak langsung dari peningkatan suhu termasuk naiknya permukaan laut, cuaca yang kurang dapat diprediksi dan lebih banyak peristiwa ekstrem seperti kekeringan, banjir dan badai lebih sering terjadi. Perubahan suhu dan pola curah hujan dapat menghasilkan dampak tambahan terhadap persediaan air, tanaman, hewan dan hama dan penyerbuk, dan organisme penyebab penyakit.
Mereka juga dapat berdampak fisik atas infrastruktur, dan semua
dampak ini dapat digabungkan untuk menciptakan dampak sosial, ekonomi dan
politik. Meskipun sulit untuk membuktikan bahwa setiap peristiwa adalah hasil
dari perubahan iklim, banyak tren dan peristiwa iklim yang telah diamati sudah
konsisten dengan prediksi ilmiah.
Mitigasi dan adaptasi
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi ancaman yang disebabkan oleh perubahan iklim adalah mitigasi dan adaptasi. Mitigasi merupakan segala tindakan untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca secara keseluruhan di atmosfer bumi.
Tindakan untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca mencakup berbagai upaya untuk beralih dari bahan-bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari, atau untuk meningkatkan efisiensi energi.
Berbagai upaya untuk menanam pohon
dan melindungi hutan, atau untuk menanami lahan pertanian dengan cara-cara yang
dapat mencegah gas rumah kaca memasuki atmosfer merupak beberapa langkah
mitigasi yang dilakukan manusia.
Sedangkan yang dimaksud dengan adaptasi adalah segala tindakan yang menjadikan penduduk, ekosistem dan infrastruktur tidak rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dalam hal ini, adaptasi mencakup pada hal-hal seperti membangun pertahanan (baik buatan manusia atau alami) untuk melindungi daerah pesisir dari naiknya permukaan air laut.
Dapat juga adaptasi beralih ke
varietas tanaman pangan yang tahan kering dan banjir, dan meningkatkan sistem
peringatan gelombang panas, wabah penyakit, kekeringan dan banjir.
Gunakan cerita tentang perubahan iklim untuk berkontribusi kepada REDD+
REDD+ adalah “mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi” dengan menawarkan insentif kepada negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi dari pembukaan lahan, termasuk bakau. 55 persen dari bakau dunia berada di wilayah Asia dan Pasifik.
Sayangnya, lebih dari 48 persen dari total global kehilangan bakau dari 2000-2012 terjadi di Indonesia saja, ditambah lagi dengan kontribusi dari Malaysia, Papua Nugini dan Myanmar, sehingga REDD+ dan deforestasi adalah problem yang sangat mendesak untuk wilayah ini.
Media dapat menggunakan story-telling dari masyarakat yang tinggal dekat
bakau untuk menginformasikan kontribusi nasional yang ditentukan oleh negara
mereka atas pengurangan emisi CO2.
Panel Internasional tentang Perubahan iklim dan UNFCCC
Otoritas ilmiah utama tentang perubahan iklim adalah Panel Internasional tentang Perubahan iklim (IPCC), yang dibentuk PBB tahun 1988. IPCC mengumpulkan ribuan ilmuwan untuk mengkaji badan ilmiah internasional tentang perubahan iklim dan meringkasnya dalam laporan yang dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan.
Setiap beberapa tahun IPCC membuat Laporan Kajian.
Sebelum IPCC mempublikasikannya, para ilmuwan pertama-tama mengkaji dan
kemudian pemerintah mengkaji dan memberikan dukungannya. Laporan Kajian ke-5th
dan terbaru dirilis tahun 2014 dan disepakati bahwa pemanasan iklim nyata dan
pengaruh manusia terhadap perubahan yang cepat ini jelas.
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan iklim
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan iklim (UNFCCC)
adalah perjanjian internasional yang diadopsi oleh hampir 200 pemerintah pada
1992 dengan tujuan mencegah perubahan iklim yang berbahaya.
Para penandatangan berkumpul bersama secara berkala untuk
mengkaji kemajuan dan menegosiasikan tindakan baru selama Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) PBB tentang Perubahan Iklim (COP – Conferences of the Parties). Melalui
perjanjian ini, COP3 menghasilkan Protokol Kyoto, perjanjian yang mensyaratkan beberapa
negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pada COP21 bulan
Desember 2015, Perjanjian Paris berhasil membuahkan kesepakatan dari para
pemerintah untuk bekerjasama mengurangi emisi gas rumah kaca.
Perjanjian Paris
Perjanjian Paris dibangun di atas UNFCCC dan untuk pertama
kali mengumpulkan 178 negara menjadi alasan umum untuk melaksanakan upaya
ambisius untuk melawan perubahan iklim dan beradaptasi terhadap dampak yang
ditimbulkan, dengan memperkuat dukungan untuk membantu negara-negara berkembang
untuk melaksanakannya. Dengan demikian, ini merupakan upaya iklim internasional
memetakan arah baru.
Perjanjian Paris mempunyai tujuan utama untuk memperkuat
respon global terhadap ancaman dari perubahan iklim dengan menjaga peningkatan
suhu global abad ini tetap di bawah 2 derajat Celsius di atas tingkat
pra-industrial dan terus berupaya untuk membatasi peningkatan suhu lebih lanjut
menuju 1.5 derajat Celsius.
Selain itu, perjanjian tersebut bertujuan untuk memperkuat
kemampuan negara-negara untuk memperkuat kemampuan negara-negara untuk
menangani dampak dari perubahan iklim. Untuk mencapai tujuan ambisius ini, arus
pendanaan yang baik, kerangka kerja teknologi baru dan kerangka kerja
peningkatan kapasitas yang diperkuat akan diberlakukan, oleh karena itu
mendukung tindakan negara-negara berkembang dan negara-negara paling rentan.
Hal ini sejalan dengan tujuan nasional mereka sendiri.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan – Tidak Ada yang Tertinggal
Para Kepala Negara, pemimpin pemerintahan, Perwakilan
Tingkat Tinggi PBB dan masyarakat sipil bertemu pada September 2015 dalam Sesi
ke-70 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan mengesahkan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs).
Tujuh-belas Tujuan ini merepresentasikan agenda pembangunan berkelanjutan
yang universal dan ambisius, agenda rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pada
intinya, adalah janji untuk tidak meninggalkan siapa pun. “Mendukung fokus baru
pada inklusi dan keadilan sosial adalah realisasi dikarenakan manfaat kemajuan
sosial dan ekonomi belum terbagi secara adil”.
Posting Komentar